Aku cuma takut kau gantung diri

Sebuah kumpulan perkataan hasil buah pikir sendiri dari mendengarkan kisah perjalanan seseorang dan apa yang terlihat dari sebuah proses perjalanan itu sendiri. Tersadar dari jiwa muda yang terkumpul malam pembacaan, bahwa masih banyak yang mau mengulurkan tangan dan keringat sama-sama membantu Natuna. Yang terpenting adalah orang-orang yang mau selalu buka telinga lebar-lebar mendengarkan masukan. Bukan hal mudah menggerakkan orang, tapi itulah tugas para muda-mudi itu yang masih harus kembali pulang dengan harapan besar di pundak mereka akan Natuna yang sedikit demi sedikit mulai bangkit.

Bila sebuah bakat tak diapresiasi
Banyak urung diri mereka berlari

Bila sebuah kemampuan diperas habis
Banyak lelah tanpa arti

Bila egoisme masih dimunculkan
Banyak yang akan kabur belakangan

Bila sebuah Tim tak saling mendengarkan
Banyak individu bebas saling menikam

Organisasi maupun bisnis
Jadikan tujuan pengembangan diri
Jangan sekali-kali
Untung saja yang kau cari
Aku takut kamu gantung diri
Natuna ini masih kosong sekali
Jadi, hiduplah dengan arti
Kami mau kau jadikan partner berbagi!

Mintai restu orang tua tersayang
Jaga orang-orang kepercayaan
Alirkan ide kreatif di kepala
Raihlah mimpi bersama
Lakukan sekarang!

Sempat dibacakan dalam acara “ngobrol santai”, Sabtu, 30 Juni 2018, 22.00 WIB sekaligus sebagai penutup diskusi dengan narasumber dalam bidang bisnis dan organisasi.

Dimaafkan Sahabat

Aku sempat salah memilih rasa, Wanita itu menerima aku apa adanya, Aku sempat salah memihak kuasa, Wanita itu bersedih atasnya

Bersahabat dengan wanita bukan keahlianku, Menyakiti wanita hal yang biasa bagiku, Lalu ku dihinggapi rasa kepemilikan, Akan pertemanan yang tak kunjung berkesudahan

Berubah..

Dia ada diwaktu apapun, Wanita itu berkorban semampu apapun, Aku tak melihatnya, Aku buta karena tak biasa, Lalu aku berubah..

Melukainya tak dapat ku terima, Rasa kepemilikan yang ada padaku tak terima dia pergi, Rasa kepemilikan ini tak ingin dia kecewa

Lalu dia kembali mengulurkan tangan, Dalam rasa kecewanya, Dia mengerti posisiku (lagi), Bagaimana bisa aku tidak bersyukur?, Wanita itu dikirim Allah untuk jadi orang yang memberiku pelajaran.., Banyak pelajaran..

Hingga aku bisa berucap, hai wanita baik, jangan pergi dariku

Tak sempat menyentuh kesempatan

Be smart to harbor your hope,  because when the sense of dissapointment finally comes, the wrong situation isn’t the place you put it down, but we, who have chosen it as a place to dock.

-Unknown

Darimana datangnya harapan jika tidak dipicu keadaan

Rasanya ku memiliki kesempatan

Darimana datangnya kekecewaan jika tidak dipicu harapan

Rasanya ku meletakkan pada yang salah

Ataukah aku yang memang tidak pernah menyentuh kesempatan?

 

Darimana datangnya rasa nyaman jika tidak dipicu intensitas

Rasanya ku sudah usahakan

Darimana datangnya intensitas jika tidak dipicu oleh rasa ingin interaksi

Rasanya ku sudah terlalu peduli

Ataukah aku (lagi-lagi) tidak pernah menyentuh kesempatan?

 

Pernahkah terlintas wahai kau, si pusat kehidupanku

Bahwa kau memang menyukaiku, setidaknya sedikit, sebagai seorang perempuanmu

Pernahkah terlintas wahai kau, si pusat mimpiku

Bahwa kau memikirkan kesejahteraan, setidaknya perasaanku, sebagai seorang yang masih memiliki rasa kepadamu

Ataukah aku (lagi-lagi) tidak pernah menyentuh kesempatan?

Lalu aku apa, perempuan dari sudut pandang ketiga yang selalu tau semua cerita?

Lalu aku bagaimana, yang masih ingin tahu semua rasamu pada semua wanita padahal ku sakit akan hal itu, hanya karena aku ingin tau kabarmu?

 

Bisakah aku menyentuh kesempatan?

Bisakah kamu melihat aku setidaknya sebagai masa depan?

Bisakah aku membuatmu bangga karena telah dan pernah mengenalku?

Bisakah rasa ini akhirnya berbalas tanpa rasa was-was?

Jika memang tidak bisa,

Bisakah aku tidak sakit hati, saat aku melihatmu bahagia dengan orang lain, padahal hatiku masih mengharap padamu?

Jika masih tidak bisa,

Aku memang tidak pernah menyentuh kesempatan.

Selalu percaya takdir tuhan, tanpa tapi.

- JR -
Pojok Anti Empati, 11.05.2017 17.50 wib

Setitik Do’a

Barakallah fii umrik yaaahhh~~
Semoga latihan hari ini lancar jaya~~
Semoga seleksi april nanti amaaannnn~~
Segera beres duo wisudanya~~
Sisa umurnya berkah~~
Dan doa terbaik lainnya..
Aamiinnnn
Ps. Maaf kadonya alay haha abisan bentuknya lucu 🐣
Setidaknya digunakan yah~~

 

Mungkin

Tak sehebat do’a ibumu

Tak sesehat do’a ayahmu

Tak sesegar do’a kawanmu

 

Namun

Yang tak sampai se-itu saat ini

Akan tiba waktunya nanti

 

Do’aku yang setitik

Menjadi saksi

Diri tegak berdiri

 

- JR - 
keduaduaannya dirimu
Senin, 21 Maret 2016, 09.30 wib

 

Takut mengejam

Kamu ketakutan

Wanita itu menakutkan

Hadir dalam mimpimu

mencuri mimpimu

 

Kejam

Wanita itu sangat kejam

Merebut kompasmu

Hingga kamu tak pernah lagi disitu

 

Kasihan

Kamu kasihan

Coba cari cara

Menggunakan sang bintang

 

Lelah

Jangan sampai kamu kelelahan

Berjuang

Ini sudah lama diperjuangkan

Jangan sampai, mimpimu kelam..

 

- JR -
Sore resah, 05.02.2016 pk. 17.29 wib

Tentang Rasa

Manis seharum crepes

Haru tertitikkan oleh air mata

Hangat dari jahe yang diolah

Berserat kasar karena kuat

 

Resah bukan karena susah

Gundah bukan karena lelah

Ini semua tentang rasa

Dari tuhan maha kuasa

 

Ku kenalkan padamu hai yang merasa apes

Ku sayangkan jika kau tidak menikmatinya

Ku sapakan senyumku pada yang suka

Karena ku yakin kau merasa ini anugerah

 

Tidak mungkin tidak jadi suka

Apalagi tidak suka

Konser ini tentang rasa

Untukmu yang masih mau terus belajar mengolah rasa

 

- JR -
Konser Tentang Rasa by Frau
Rabu, 20 Januari 2016 pk. 15.30 wib

 

Sulung yang menunggal

Lelaki itu bernama Madi

Anak sulung dari keluarga sederhana

Tampang tidak mungkin tidak rupawan

Wataknya teguh dan bersahaja

 

Kalau kau menatap matanya

Hitam dan dalam

Sarat pengalaman dan pengamalan

Laksana cahaya bulan purnama

Dan satu hal yang harus kau tau

Aku melihat punggungnya

Dan sudah lama aku di belakangnya

 

- JR -
Dikutip ulang dari narasi pendek Wisma C.
Digubah dalam perjalanan Jakarta-Bandung
Minggu, 31 Januari 2016

tanya

lelah mencari makna

akan semua amanah

hanya kitakah yang peduli

atau demi di puji

 

hidup tak ada habisnya

naluri mencintai kesenangan

hanya kitakah yang berkorban

atau demi di pandang

 

terjatuh, tersungkur

tertatih-tatih

mengejar sesuatu (yang disukai)

benarkah?

 

-JR-
Panel PSAF MIPA UI 2015, 18.8.2015